Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Sejarah Awal Peletakan Ilmu Nahwu

Daftar Isi
Ilmu nahwu merupakan pelajaran utama di setiap pondok yang mengkaji kitab turas. Karena ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang dibutuhkan untuk bisa membaca dan memahami kitab kuning yang berbahasa arab.

Dalam dunia pesantren, pembelajaran nahwu merupakan hal yang wajib sehingga ada kurikulum dan jenjang tersendiri dalam mempelajari kitab tersebut sesuai dengan tahap-tahapnya. Mulai dari yang mudah sampai kitab yang  sulit dan panjang pembahasannya.

Setiap suatu disiplin ilmu, tentu ada penggagas dan sejarah munculnya ilmu tersebut sehingga terangkum menjadi sebuah ilmu. Karena pada hakikatnya semua ilmu bersumber dari al-Quran dan hadis.

Namun, dalam pengembangannya lahirlah beragam ilmu-ilmu yang lain di antaranya yaitu ilmu nahwu itu sendiri. Lantas bagaimanakah sejarah peletakan ilmu nahwu tersebut?

Sejarah Awal Peletakan Ilmu Nahwu

Dalam kitab Mukhtashar Jiddan diceritakan bahwa pada suatu malam ketika Abu Aswad bersama putrinya sedang duduk di atas teras rumah sambil menikmati langit yang bertaburan dengan bintang-bintang.

Putrinya ketika memandang langit yang sangat indah sehingga dirinya merasa kagum kemudian dia mengatakan kepada ayahnya يا  Ø§Ø¨Øª ما احسن السماء (wahai ayah, alangkah indahnya langit itu ya).

Ayahnya menjawab “maksudnya indah karena langit yang bertaburan denganbintang-bintang?” ayahnya menyangka maksud dari pertanyaan putrinya adalah bertanya apa yang membuat langit lebih indah.

Kemudian putrinya menjawab segera meluruskan maksud yang ingin dia sampaikan “bukan itu yang aku maksud ayah. Tapi maksud ananda adalah betapa kagumnya aku akan keindahan langit”.

Akhirnya Abu Aswad mengerti apa maksud dari putrinya yang semula beliau menyangka sang putrinya bertanya tentang hal yang membuat langitnya indah.

Kemudian karena Abu Aswad menyadari kekeliruan putrinya dalam berbicara maka beliau mencoba untuk memperbaiki tata bahasanya. Beliau mengatakan: “jika yang kamu maksud adalah ungkapan kekaguman terhadap keindahan langit yang bertaburan dengan bintang maka katakanlah begini: ما احسن السماء (membaca dengan fathah nun dan hamzah)”.

Pada keesokan harinya Abu Aswad menjumpai Saidina Ali RA. dan menceritakan kejadian yang terjadi semalam dalam perbincangan santainya dengan putrinya.

Abu Aswad bertanya: “wahai amirul mukminin telah terjadi pada putri saya suatu hal yang saya tidak mengerti mungkin engkau mampu memberikan jalan keluarnya”. Kemudia beliau menceritakan tentang isi pembicaraan dengan putrinya semalam.

Saidina Ali bin Abi Thalib menjawab: “ketahuilah wahai Abu Aswad semua itu bisa terjadi sebab percampuran antar bahasa arab dan bahasa ajam (asing)”.

Setelah kejadian itu, Saidina Ali menyuruh Abu Aswad untuk membelikan kertas. Selang beberapa hari kemudian beliau mengajarkan Abu Aswad tentang kaidah-kaidah bahasa arab. Hal yang pertama beliau ajarkan adalah tentang pembagian kalam (Isim, Fi’il dan Huruf). Kemudian jumlah yang menjadi shighat ta’ajjub dan lainnya. 

Demikianlah awal mula sejarah peletakan ilmu nahwu. Maka dalam hal ini Abu Aswad  dikenal sebagai pencetus dan perumus utama ilmu nahwu. Beliau lahir di Kuffah dan beliau berdomisili hingga beliau meninggal di kota Basharah. Letak dua kota tersebut sekarang di negara Irak.



Referensi: Mukhtashar Jiddan

 

Posting Komentar