Pembahasan Lengkap Tentang Azan dan Iqamah (Fiqh Shalat)
Pembahasan Lengkap Tentang Azan dan Iqamah
Azan merupakan salah satu keistimewaan umat islam. Azan adalah media
zikir yang diucapkan dengan keras untuk memberitahu masuknya waktu shalat.
Iqamah juga merupakan zikir yang diucapkan untuk memberitahu bahwa
shalat akan dilaksanakan.
Untuk mengetahui lebih jauh, di sini penulis akan menjelaskan apa
pengertian azan dan iqamah, syarat-syarat, dalil dan beberapa hal lain yang
berkaitan dengannya.
Simak penjelasan berikut.
Pengertian Azan dan Iqamah
Secara bahasa azan diartikan dengan pemberitahuan. Sedangkan pada
istilah azan adalah beberapa kalimat tertentu untuk mengetahui masuk waktu
shalat.
Adapun iqamah secara bahasa diartikan sama dengan azan, yaitu
pemberitahuan. Sedangkan secara istilah, iqamah adalah beberapa kalimat
tertentu yang diucapkan untuk memberitahu kepada orang yang hadir bahwa shalat
akan dilaksanakan.
Syarat Muadzin
Syarat-syarat muadzin adalah sebagai berikut:
1. Islam
2. Tamyiz
3. Laki-laki
4. Masuk waktu shalat kecuali subuh. Maka dibolehkan dari sejak pertengahan malam.
5. Tertib
6. Beriringan
Kalimat Azan
الله أكبر الله أكبر
أشهد أن لا اله إلا الله
أشهد أنّ محمّدًا رسول الله
حيَّ على الصلاة
حيَّ على الفلاح
الله أكبر الله أكبر
لا اله إلّا الله
Kalimat Iqamah
الله أكبر الله أكبر
أشهد ان لا اله إلّا الله
أشهد أنّ محمّدًا رسول الله
حيَّ على الصلاة
حيَّ على الفلاح
قد قامت الصلاة
الله أكبر الله أكبر
لا اله إلّا الله
Dalil
Dalil yang berkaitan dengan azan dan iqamah terbagi 2 bentuk, yaitu:
1. Sebelum ijma'
2. Setelah ijma'
Sebelum Ijma'
Dalil azan sebelum ijma’ adalah Al-Quran dan hadis Nabi
Muhammad SAW.
Al-Quran
Dalil Al-Quran di antaranya adalah sebagai berikut:
إذا نُوْدِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إلى ذِكْرِ
اللهِ وَذَرُوْا الْبَيْع
Hadis
Adapun dalil dari hadis Nabi Muhammad SAW di antaranya adalah sebagai berikut:
إذا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمُ
Setelah Ijma'
Adapun dalil ijma adalah mimpi dari salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Zaid dan sahabat yang lain, yang mana persoalan ini mashur pada malam para sahabat bermusyawarah mengenai cara mengumpulkan manusia untuk menunaikan shalat .
Hal ini sesuai dengan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam artian, ketetapan hukum tersebut adalah berdasarkan wahyu, bukan mimpinya
Abdullah bin Zaid.
Kisah tersebut tertulis di dalam kitab sunan Abu Dawud sebagai
berikut:
عن عبد الله أنّه قال: لَمّا أَمَرَ النَّبِيُّ صلّى الله عليه وسلم
بالنَّقُوْسِ يُعْمَلُ لِيُضْرَبَ بِهِ لِلنَّاسِ لِجَمْعِ الصَّلاةِ. طَافَ بِيْ
وَأَنا نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ ناقوسا في يدهِ فقلتُ يا عبد الله أَ تَبِيْعُ النَّاقوسَ؟
فَقالَ: وَمَا تَصْنَعُ بِهِ؟ فقلتُ نَدْعُو بهِ إلى الصَّلاةِ قَالَ: أَوَلَا أَدُلُّكَ
على ما هو خَيْرٌ مِنْ ذلك؟ فقلتُ لَهُ: بَلَى. فقال: تَقولُ اللهُ أكبر الله أكبر
إلى آخرِ الْأذانِ. ثمّ اسْتَأْخَرَ عَنِّيْ غَيْرِ بَعِيْدٍ ثُمَّ قال: وتقول إذا
قمتَ إلى الصّلاة الله أكبر الله أكبر إلى آخر الإقامة. فَلَمّا أّصْبحتُ أَتَيْتُ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرْتُهُ بما رأَيْتُ فقال: إِنَّها لَرُؤْيا
حَقٌّ إنْ شاء الله قُمْ مع بِلالٍ فَأَلْقِ عليه ما رَأَيْتَ فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ
فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا منك. فقمتُ مع بلال فجعلتُ أُلْقِيْهِ عليه فَلْيُؤَذِّنْ
بِهِ فسَمِعَ ذلك عمرُ بن الخطَّابِ وهو في بيتِهِ فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَائَهُ
ويقول: والَّذِيْ بَعَثَكَ بِالْحَقِّ يَا رسول الله! لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ مَا رَأَى
فَقَالَ صلى الله عليه وسلم فللهِ الحمدُ
“Diriwayatkan daripada Abdullah, sesungguhnya ia berkata: manakala Nabi memerintahkan memukul lonceng untuk mengumpulkan manusia agar menunaikan shalat, di saat saya tidur, saya bermimpi melintas seorang laki-laki yang membawa lonceng di tangannya. Lalu saya bertanya kepadanya: wahai hamba Allah, apakah lonceng itu akan saudara jual? Ia pun menjawab akan saudara gunakan apa lonceng ini? Saya pun berkata: saya akan menggunakan lonceng itu untuk memanggil manusia agar menunaikan shalat. Laki-laki itu berkata: maukah saudara saya tunjukkan cara yang lebih baik dari itu? Saya menjawab: iya saya mau. Lalu ia berkata: ucapkanlah Allahu Akbar Allahu Akbar hingga seterusnya sampai akhir kalimat azan. Kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan saya tidak begitu jauh, lalu dia berkata: dan jika akan dilaksanakan shalat maka ucapkanlah: Allahu akbar Allahu akbar sampai akhir kalimat iqamah. Setelah pagi hari, saya mendatangi Nabi Muhammad SAW serta memberitahukan isi mimpi saya kepada beliau. Lalu beliau berkata: sungguh mimpi itu adalah benar, Insya Allah. Berdirilah bersama Bilal dan sampaikan isi mimpimu kepadanya supaya ia bisa mengumandangkan azan karena Bilal mempunyai suara lebih keras daripada engkau. Saya pun menemui Bilal dan menyampaikan isi mimpi kepadanya kemudian dia mengumandangkan azan. Sayyidina Umar bin Khattab yang berada di dalam rumah mendengarkan suara azan Bilal. Lalu ia keluar seraya mengambil ridaknya dan berkata: wahai Rasulullah, demi zat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh aku telah bermimpi seperti mimpinya Abdullah bin Umar. Nabi pun berkata: segala puji milik Allah.
Keterangan
· Azan dan iqamah disunahkan, baik
untuk shalat berjamaah atau pun sendirian.
· Azan dan iqamah juga disunahkan
ketika hendak melaksanakan shalat yang luput (ditinggalkan). Namun jika
seandainya terdapat banyak shalat yang tertinggal
maka tidak disunahkan azan selain shalat yang pertama.
· Disunahkan azan dengan mengangkat
suara. Namun tidak pada masjid yang sudah terjadi jamaah di dalamnya.
· Disunahkan iqamah untuk jamaah
perempuan dan tidak disunahkan azan.
· Disunahkan mengumandangkan azan dan
iqamah pada kedua telinga bayi yang baru lahir (azan di telinga kanan dan
iqamah di telinga kiri) dan juga disunahkan ketika seseorang akan berangkat
untuk bepergian.
· Disunahkan azan untuk orang yang
sedang tertimpa kesusahan, orang yang tidak sadarkan diri(kerasukan), sedang marah,
perbuatan manusia atau binatang yang tidak baik, ketika terjadi kebakaran dan
ketika ada gangguan jin.
· Azan dikumandangkan dengan dua kali
dari setiap kalimatnya. Sedangkan iqamah hanya satu kali, kecuali kalimat iqamah.
· Disunnahkan mempercepat bacaan iqamah
· Disunnahkan memperlambatkan bacaan azan,
tarji’ dan juga taswib pada azan shalat subuh.
Tarji' adalah mengucapkan dua
syahadat sebanyak dua kali dengan suara pelan sebelum mengucapkan keduanya
dengan suara keras
Sedangkan taswib adalah membacakan al-Shalatu
Khairun Min al-Naum setelah dua haiallah.
· Disunnahkan bagi orang yang
mengumandangkan azan untuk berdiri dan menghadap kiblat.
· Orang yang mengumandangkan azan disunnahkan
memiliki suara yang keras, bagus serta adil.
· Mengumandangkan azan lebih utama
daripada menjadi imam.
· Disunahkan bagi orang yang
mendengarkan azan untuk membacakan seperti ucapan muadzin, kecuali pada dua
hai’allah dan tastwib.
Setelah dua haialah disunahkan untuk
membaca:
لا حول ولا قوه إلّا بالله
Adapun setelah taswib, disunahkan
untuk membaca
صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ
· Disunnahkan bagi muadzin dan orang
yang mendengar untuk bershalawat kepada Nabi setelah selesai azan dan iqamah.
Kemudian membaca doa berikut:
اللّهمّ رَبَّ هذهِ الدَّعْوَةِ التّامّةِ والصّلاةِ الْقائِمةِ آتِ سيدنا محمدًا الْوَسِيْلَةَ والْفضيلة وابْعَثْهُ مقامًا محمودًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ
Wallahu A’lam bi al-Shawab...
Semoga bermanfaat...
Sumber:
Fath al-Mu’in
Ianah al-Thalibin
Minhaj al-Thalibin
Hasyiah al-Qulyubi
Posting Komentar