Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Uraian Lengkap Tentang Tabi’: Na’at, Athaf, Taukid dan Badal

Daftar Isi

Uraian Lengkap Tentang Na’at, Athaf, Taukid dan Badal

Tabi’ merupakan bagian dari istilah yang terdapat dalam ilmu nahwu. Tabi’ juga salah satu pembagian dari isim yang marfu’, manshub dan majrur.

Tabi’ adalah sebuah kata yang mengikuti kata sebelumnya dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Tabi’ terbagi empat, yaitu: na’at, athaf, taukid dan badal.

Kali ini penulis akan membahas pengertian, ketentuan dan juga contoh dari masing-masing pembagian tabi’.

Mari simak penjelasannya berikut ini.

Na’at

Na’at adalah tabi’ (kata yang mengikuti) musytaq atau muawwal bi al-Musytaq yang menjelaskan kata sebelumnya.

Musytaq adalah sesuatu yang menunjukkan makna kejadian dan juga terkandung makna fiil dan hurufnya.

Seperti isim fail, isim maful, sifat musyabahah dan isim tafdhil

Contohnya:

ضَارِبٌ - مَضْرُوْبٌ - حَسَنٌ - أَعْلَمُ

Adapun muawwal bi al-Musytaq adalah jamid (lawan musytaq) yang memberi faidah sebuah makna kepada sesuatu yang diberi faidah oleh musytaq dan hanya terkandung makna fiil.

Seperti isim isyarah, isim maushul dan lain-lain.

Naat mengikuti man’utnya (kata yang diikuti) pada rafa’, nashab, khafad/jar, ma’rifah dan nakirah.

Contohnya:

·  قَامَ زَيْدٌ الْعَاقِلُ

·  رَأَيْتُ زَيْدًا الْعَاقِلَ

·  مَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَاقِلِ

·  قَامَتْ هِنْدٌ الْعَاقِلَةُ

·  رَأَيْتُ هِنْدًا الْعَاقِلَةَ

·  مَرَرْتُ بِهِنْدٍ الْعَاقِلَةِ

·  قَامَ رَجُلٌ عَاقِلٌ

·  رَأَيْتُ رَجُلًا عَاقِلًا

·  مَرَرْتُ بِرَجُلٍ عَاقِلٍ

·  قَامَ الزَّيْدَانِ الْعَاقِلَانِ

·  رَأَيْتُ الزَّيْدَيْنِ الْعَاقِلَيْنِ

·  مَرَرْتُ بِالزَّيْدَيْنِ الْعَاقِلَيْنِ

·  قَامَ الزَّيْدُوْنِ الْعَاقِلُوْنِ

·  رَأَيْتُ الزَّيْدِيْنِ الْعَاقِلِيْنِ

·  مَرَرْتُ بِالزَّيْدِيْنِ الْعَاقِلِيْنِ

Ketentuan Na’at

·   Jika naat merafa’kan isism zhahir atau dhamir bariz maka keadaan manut tidak diiktibarkan atau tidak diperhatikan, baik itu tazkir, muannas, mufrad, tasniyah atau jamak, namun naat berposisi sebagai fiil (diberikan hukum fiil). Inilah yang dinamakan naat sababi.

·   Jika man’utnya maklum dengan tanpa naat maka naat dibolehkan untuk mengikuti manut atau tidak.

·   Jika naat lebih dari satu maka bila manutnya maklum tanpa beberapa naat tersebut, dibolehkan sebagian atau semuanya untuk mengikuti dan juga dibolehkan untuk tidak mengikuti dengan syarat mendahului man’ut.

Namun jika man’utnya tidak maklum dengan tanpa beberapa naat tersebut maka semuanya wajib untuk mengikuti man’ut.

Sedangkan bila man’utnya maklum dengan sebagian maka sebagian yang lain boleh untuk memberlakukan sebagaimana ketentuan sebelumnya

·   Bila naat berupa jumlah maka manut (kata yang diikuti) berbentuk nakirah

·   Bila naat berupa mashdar maka manut nakirah dan wajib berbentuk mufrad serta tazkir walaupun naat berupa tasniyah, jamak atau muannas.

Athaf

Athaf terbagi 2, yaitu:

1. Athaf bayan

2. Athaf nasaq

Athaf Bayan

Athaf bayan adalah tabi’ yang menyerupai naat dalam menjelaskan matbu’ (kata yang diikuti) bila berbentuk ma’rifah dan mengkhususkan matbu’ bila berbentuk nakirah.

Contohnya:

·  أَقْسَمَ بِاللّهِ أَبُو حَفْص عمر

·  هذَا خَاتَمٌ حَديْدٌ

Perbedaan Athaf Bayan dan Naat

Sevagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa athaf bayan dan naat memiliki titik kesamaan.

Namun antara keduanya juga terdapat perbedaan, di antaranya:

·   Athaf bayan menjelaskan matbu’ dari sisi zat

·   Naat menjelaskan matbu’ dari sisi makna

·   Athaf bayan berbentuk jamid

·   Naat berbentuk musytaq atau muawwalnya

Athaf Nasaq

Athaf nasaq adalah tabi’ yang diselangi oleh satu huruf dari beberapa huruf athaf.

Huruf Athaf

Huruf athaf ada 10, yaitu:

الْوَاوُ والْفَاءُ وثُمَّ وحَتَّى وأَوْ وأَمْ وإِمَّا وبَلْ ولَا ولَكِنْ

Huruf yang pertama hingga ke tujuh menunjukkan tasyrik(kesamaan). Sedangkan 3 yang terakhir juga menunjukkan tasyrik namun hanya pada i’rab tidak pada makna.

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa:

·   Jika matbu’nya marfu’ maka ia dirafa’kan

·   Jika matbu’nya manshub maka ia dinasabkan

·   Jika matbu’nya majrur/makhfud maka ia dijarkan atau dikhafadkan

·   Jika matbu’nya majzum maka ia dijazamkan

Contohnya:

·  صَدَقَ اللّهُ ورسولُهُ

·  مَنْ يُطِعِ اللّهَ ورسولَهُ

·  آمِنوْا بِاللّهِ ورسوْلِهِ

·  وإِنْ تُؤْمِنُوْا وتَتَّقُوْا يُؤْتِيْكُمْ أُجُوْرَكُمْ

Fungsi Huruf Athaf

الْوَاوُ: mutlaq jamak (kesamaan)

الْفَاءُ: tartib dan ta’qib (urutan dan penyusulan)

ثُمَّ: tartib dan tarakhi (urutan dan terlambat)

حَتَّى: ghayah (kesudahan)

أَوْ: takhyir (pilihan), ibahah setelah thalab (membolehkan setelah tuntutan), syak (ragu), ibham (pengaburan) atau tafdhil setelah khabar (berita)

أَمْ: thalab ta’yin (mencari ketentuan)

إِمَّا: fungsinya sama seperti aw (أو) setelah tuntutan dan khabar, yakni huruf tafshil (rincian)

بَلْ: idhrab

لَا: meniadakan

لَكِنْ: istidrak

Contohnya:

·  جَاءَ زَيدٌ وَ عَمْرٌو

·  أَماتَهُ فَأَقْبَرَهُ

·  ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَه

·  أَكَلْتُ السَّمَكَ حَتَّى رَاْسَهَا

·  أَ زَيدٌ عِنْدَكَ أَمْ عَمْرٌو

·  تَزَوَّجْ هِنْدًا أَوْ أُخْتَهَا

·  تَزَوَّجْ إِمَّا هِنْدًا وإِمَّا أُخْتَهَا

·  قَامَ زَيدٌ بَلْ عَمْرٌو

·  مَا مَرَرتُ بِرَجُلِ صَالِحٍ لَكِنْ طَالِحٍ

·  جَاءَ زَيدٌ لَا عَمْرٌو

Ketentuan Athaf

·   Athaf bayan menyesuaikan matbu’ dalam 4 dari sepuluh perkara (rafa’, nashab, khafad - mudzakkar, muannas - ma’rifah, nakirah - mufrad, tasniyah dan jamak)

·   Hatta (حتّى) huruf athaf disyaratkan matbu’nya berupa isim zhahir, bagian dari ma’tuf alaih dan juga menunjukkan makna ghayah.

Taukid

Taukid adalah tabi’ yang mengikuti matbu’ dalam hal rafa’, nashab, khafad dan ma’rifah.

Menurut ulama bashrah taukid tidak berbentuk isim nakirah.

Taukid terbagi 2, yaitu:

1. Lafzhi

2. Maknawi

Taukid Lafzhi

Taukid lafzhi adalah mengulangi kata yang berposisi sebagai matbu’, baik itu bberupa isim, fiil, huruf atau jumlah.

Contohnya:

·  جَاءَ زَيدٌ زَيدٌ

·  أَتاكَ أَتاكَ اللَّاحِقُوْنَ

·  لَا لَا أَبوْحُ بِحُبّ

·     جَاءَ زَيدٌ جَاءَ زَيدٌ

Taukid Maknawi

Taukid maknawi adalah berupa kata tertentu, yakni:

·  نَفْس

·  عَيْن

·  كُلّ

·  جَمِيْع

·  عَامَّة

·  كِلَا

·  كِلْتَا

Kata-kata ini wajib bersambung dhamir muttasil yang sesuai dengan bentuk matbu’.

Ketentuan Taukid

·   Wajib berbentuk mufrad bagi kata nafs (نفس) atau ‘ain (عين) bila matbu’nya mufrad

·   Kata nafs (نفس) atau ‘ain (عين) dijamakkan dengan wazan af’ulun (أَفْعُلٌ) bila matbu’nya tasniyah atau jamak.

·   Kata kullun (كلّ), jami’un (جميع) dan ammatun (عامَّة) dapat mentaukidkan mufrad dan jamak namun tidak pada tasniyah

·   Kata kila (كلا) dan kilta (كلتا) hanya dapat mentaukidkan tasniyah

·   Bila taukid hendak diperkuatkan maka boleh mendatangkan kata ajma’ (أجمع) setelah kullun (كلّ), Jam’a`a (جمعاء) setelah kulliha (كلّها), ajma’in (أجمعين) setelah kullihim (كلّهم) dan juma’a (جُمَع) setelah kullihinna (كلّهنّ).

Namun terkadang tidak didahului dengan kata kullu (كلّ)

·   Terkadang didatangkan setelah kata ajma’ (أجمع) dengan kata yang semakna dengannya, yaitu: akra’u (أكتع), absha’u (أبصع) dan abta’u (أبتع).

Contohnya:

·  جاء الْخَلِيْفة نَفسُهُ

·  جاء الزَّيْدَانِ أَنْفُسُهُمَا

·  جاء الزَّيْدُونَ أَنْفُسُهُمْ

·  جاء الْجَيْشُ كُلُّهُ

·  جاءتِ الْقَبِيلَة كُلُّهَا

·  جاء الرِّجَال كُلُّهُمْ

·  جاءتِ النِّسَاءُ كُلُّهُنَّ

·  جاء الزَّيْدَانِ كِلَاهُمَا

·  جاء الْهِنْدَانِ كِلْتَاهُمَا

·  جاء الْجَيْشُ كُلُّهُ أَجْمَعُ

·  جاءتِ الْقَبِيلَة كُلُّهَا جَمْعَاءُ

·  جاءتِ النِّسَاءُ كُلُّهُنَّ جُمَعُ

·  جاء الرِّجَال أَجْمَعُوْن

·  جاء الرِّجَال كُلُّهُمْ أكْتَعُوْنَ

·  جاء الرِّجَال كُلُّهُمْ أبْصَعُوْنَ

·  جاء الرِّجَال كُلُّهُمْ أبْتَعُوْنَ

Badal

Badal adalah tabi’ yang dimaksudkan hanya hukumnya dengan tanpa perantara.

Badal terbagi 4, yaitu:

1. Badal kul min kul atau badal syaik min syaik

2. Badal ba’dh min kul

3. Badal badal isytimal

4. Badal mubayin

Badal Kul Min Kul

Badal kul min kul seperti contoh:

جاء زيد أَخُوْكَ

Badal Ba’dh Min Kul

Badal ba’dh min kul disyaratkan bersambung dhamir yang kembali kepada mubdal minh atau matbu’, baik dhamir itu terlihat ataupun tidak.

Contohnya:

أَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلُثَهُ

Badal Isytimal

Badal isytimal disyaratkan bersambung dhamir yang kembali kepada mubdal minh atau matbu’, baik dhamir itu terlihat ataupun tidak.

Contohnya:

أَعْجَبَنِيْ زِيْدٌ عِلْمُهُ

Badal Mubayin

Badal mubayin terbagi 3, yaitu:

1. Badal ghalat

2. Badal nisyan

3. Badal idhrab

Pembagian ini terjadi karena bila anda melihat kuda umpamanya, namun anda salah dan mengatakan bahwa itu adalah orang yang bernama si Zaid. Dapat dipahami bahwa saat itu anda keliru maka dinamakanlah dengan badal ghalat.

Kemudian di saat anda mengatakan bahwa anda sadar yang anda lihat adalah kuda lalu meralatnya. Dapat dipahami bahwa saat itu anda lupa maka dinamakanlah dengan badal nisyan.

Jika pada awalnya anda hendak memberitahu bahwa anda telah melihat si Zaid namun anda berniat mengatakan bahwa anda melihat kuda. Dapat dipahami bahwa saat itu anda menggandakan maka dinamakanlah dengan badal idhrab (penggandaan).

 

Semoga bermanfa’at.....

 

 

Sumber:

Mutammimah

Kawakib al-Durriyah


Posting Komentar