Memahami Konsep Tashawwur dan Tashdiq (Ilmu Mantik)

Daftar Isi

Memahami Konsep Tashawwur dan Tashdiq

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan dengan berbagai macam ragam informasi dan pengetahuan yang datang dari berbagai jalan.

Pengetahuan yang kita peroleh dari dunia luar itu bisa mendarat di kepala melalui sebuah perantara. Perantara tersebut bisa berupa akal, panca indra atau informasi yang kita terima dari banyak orang.

Tashawwur dan tashdiq merupakan pembagian dari bentuk pencapaian ilmu pengetahuan manusia. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa tashawwur dan tashdiq adalah objek kajian utama dalam Ilmu Mantik.

Untuk mengenali lebih jauh, di sini penulis akan membahas seputar konsep yang menyangkut tashawwur dan tashdiq.

Tashawur

Secara bahasa tashawwur adalah bentuk masdar dari kata kerja tashawwara-yatashawwaru yang artinya membayangkan atau menggambarkan. Dengan demikian, tashawwur dapat diartikan sebagai bayangan atau gambaran.

Adapun secara istilah tashawwur adalah

حصول صوره شيء في العقل من غير حكم عليه بنفي ولا اثبات

“Pengetahuan atau gambaran terhadap sesuatu yang tidak disertai penghukuman apapun, baik itu penetapan (afirmatif) ataupun meniadakan (negatif).”

Contohnya seperti pengetahuan terhadap bentuk manusia, buku, pulpen, kertas, masjid, rumah, hotel dan lain-lain.

Dapat dipahami bahwa ketika ada yang mengucapkan kata buku misalnya, kemudian terbayang dalam benak kita bentuk buku seperti yang sering kita lihat tanpa menyertakan atribut yang lain seperti buku itu bagus, buku itu mahal dan sebagainya. Bayangan kita terhadap sesuatu yang tak disertai penghukuman ini lah yang dinamakan dengan tashawwur.

Pembagian Tashawwur

Tasawur terbagi kepada dua, yaitu:

1. Dharuri (axiomatic)

2. Nazhari (speculative)

Dharuri

Dharuri adalah pengetahuan yang tidak memerlukan penalaran. Sebagaimana yang tertulis dalam kitab Idhah al-Mubham.

مالايحتاج إلى التامل

Contohnya seperti menggambarkan istri anda. Ketika disebutkan namanya, tentu pada saat itu anda tidak memerlukan waktu berpikir untuk membayangkan wajah atau bentuknya.

Contoh yang sering disebutkan dalam kitab adalah satu merupakan setengah daripada dua. Tentu pada saat disebutkan bahwa satu itu merupakan setengah daripada 2, anda tidak memerlukan waktu yang banyak untuk menggambarkan hal itu.

Nazhari

Nazhari adalah kebalikan daripada dharuri. Yakni, nazhari adalah pengetahuan yang memerlukan penalaran. Dalam kitab Idhah al-Mubham disebutkan bahwa nazhari adalah:

ما احتاج للتامل

Seperti contoh menggambarkan tentang malaikat, jin dan lain-lain. Artinya, ketika disebutkan beberapa contoh ini, tentu anda memerlukan beberapa waktu berfikir untuk membayangkan bentuknya.

Contoh yang sering disebutkan dalam kitab adalah 1 merupakan setengah daripada seper enam dari 12. Yakni, ketika disebutkan hal ini, tentu anda memerlukan waktu berpikir untuk menggambarkannya.

Tashdiq

Tashdid merupakan kata berbentuk masdar dari kata kerja shaddaqa-yushaddiqu yang artinya membenarkan. Dengan demikian secara bahasa tashdiq adalah pembenaran atau persetujuan.

Secara istilah tashdiq adalah pengetahuan terhadap sesuatu yang disertai hukum, baik itu penetapan (afirmatif) maupun meniadakan (negatif). Redaksinya adalah:

وأما التصديق فهو ادراك أن النسبة واقعة أو ليست بواقعة

Contohnya seperti si Zaid itu sedang menulis, Islam itu indah dan lain-lain.

Perlu diketahui bahwa dalam tashdiq terdapat 4 unsur, yaitu:

1. Tashawur maudhu’ (objek)

2. Tashawwur mahmul (predikat)

3. Nisbah hukmiyah (keterikatan antara predikat dan objek)

4. Hukum (penghukuman)

Pada contoh di atas, yakni si Zaid itu sedang menulis. Dapat dipahami bahwa kata si Zaid berposisi sebagai objek sedangkan sedang menulis sebagai predikat.

Ketika disebutkan pernyataan ini, tentu anda belum bisa menerima kebenaran atau tidaknya pernyataan tersebut kecuali setelah mengetahui dan membayangkannya melalui empat unsur di atas, yakni kata si Zaid, kemudian kata sedang menulis, lalu keterkaitan antara si Zaid dan menulis, setelah itu berlaku atau tidaknya menulis pada si Zaid.

Bila anda membenarkan pernyataan itu, dalam artian mengakui bahwa si Zaid memang sedang menulis, baik secara pasti maupun sangkaan, maka pengetahuan itu dinamakan dengan tashdiq.

Kesimpulannya, tasdiq adalah pengetahuan terhadap sesuatu yang disertai penghukuman, baik secara negatif maupun afirmatif.

Pembagian Tashdiq

Tashdik sama halnya dengan tashawwur yang terbagi kepada dua bagian, yakni dharuri dan nazhari.

Contoh tashdiq yang dharuri sepertu dua hal yang bertentangan tidak bisa berkumpul pada satu tempat.

Adapun contoh tashdiq yang nazhari seperti alam itu merupakan ciptaan Allah, bumi itu datar dan lain-lain.

Keterangan

Tashawwur tidak selamanya dihasilkan melalui kata yang berbentuk tunggal karena kalimat yang tersusun juga dapat digolongkan kepada tashawwur, seperti susunan kata yang tidak adanya unsur penghukuman yang pasti seperti rumah si Zaid, buku Fatimah dan lain sebagainya.

 

Wallahu A’lam bi al-Shawab...

Semoga bermanfaat...

 

Sumber:

Idhah al-Mubham

Syarh al-Kabir

 

Posting Komentar