Jadilah orang pertama yang menerima update artikel terbaru dari kami!!!

Memahami Mabadi Ilmu Mantik secara Lengkap

Daftar Isi

Memahami Mabadi Ilmu Mantik secara Lengkap

Sebelum memulai pembahasan dalam sebuah disiplin ilmu, seorang pelajar harus mengenal terlebih dahulu sepuluh aspek dasar dari ilmu yang akan dipelajari, dalam kitab klasik hal ini dikenal dengan istilah Mabadi al-Asyrah.

Sepuluh aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1.  Definisi (al-Hadd)

2.  Objek (al-Maudu’)

3.  Manfaat dan Kegunaan (al-Tsamrah)

4.  Keutamaan (al-Fadhl)

5.  Hubungan dengan ilmu-ilmu yang lain (al-Nisbah)

6.  Pencetus (al-Wadhi’)

7.  Nama (al-Ism)

8.  Sumber (al-Istimdad)

9.  Hukum Mempelajari (al-Hukm)

10.Persoalan yang Dipelajari (al-Masa`il)

Sepuluh aspek dasar ini sangat penting untuk diketahui sebagai pengantar dan pengenalan, agar terarah dan tidak salah tujuan. Hal ini tentu tidak hanya berlaku bagi ilmu mantiq, tetapi juga bagi ilmu-ilmu yang lain. Sebagaimana pada postingan sebelumnya yang membahas tentang Mabadi al-Asyrah.

Definisi (al-Hadd)

Hal pertama yang harus diketahui dari ilmu yang akan dipelajari adalah definisi. Karena dengan definisi, kita akan dapat mengenal persoalan apa saja yang dipelajari, juga memberikan gambaran kepada kita sejauh mana manfaat yang akan kita dapatkan.

Untuk mengetahui sebuah disiplin ilmu, dapat dikenal melalui 2 bentuk definisi: pertama, definisi yang menekankan objek kajian dan kedua, definisi yang lebih menekankan kepada aspek kegunaan.

Adapun definisi Ilmu Mantik yang menekankan objek kajian adalah:

العلم الذي يبحث عن المعلومات التصوريات والتصديقيات من حيث كونها توصل الى مجهول التصوريين والتصديقيين

“Ilmu yang membahas tentang pengetahuan yang berupa gambaran (tashawwur) dan pembenaran (tashdiq) yang sudah diketahui, sebagai jalan yang dapat mengantarkan kita menuju pengetahuan tashawwur dan tashdiq lain yang belum diketahui.”

Dari definisi yang dikemukakan di atas, kita dapat mengenal bahwa objek yang dibahas dalam Ilmu Mantik adalah persoalan yang menyangkut dengan tashawwur dan tashdiq, yang mana pengetahuannya yang sudah diketahui, dapat mengantarkan kita menuju pengetahuan tashawwur dan tashdiq lain yang belum diketahui.

Pembahasan tashawwur dan tashdiq akan penulis bahas nantinya pada postingan khusus insyaallah.....

Adapun definisi Ilmu Mantik yang menekankan kepada aspek kegunaan adalah:

آلة قنونية تعصم مراعتها الذهن عن الخطأ فى الفكر

“Alat pengatur nalar yang dapat memelihara dari kesalahan berfikir.”

Singkatnya, ilmu mantik adalah ilmu yang membahas tentang aturan dan kaidah-kaidah berfikir, yang jika kita indahkan dapat memelihara kita dari kesesatan dalam berfikir.

Definisi ini merupakan definisi yang paling populer dan paling mudah.

Objek (al-Maudhu’)

Persoalan ini, telah penulis singgung sebelumnya bahwa yang menjadi objek kajian dalam Ilmu Mantik adalah semua pengetahuan yang berbentuk tashawwur dan tashdiq (al-Ma’lumat al-Tashawwuriyat wa al-Tashdiqiyyat) yang sudah diketahui sebagai jalan yang dapat mengantarkan kita menuju pengetahuan tashawwur dan tashdiq lain yang belum diketahui.

Manfaat dan Kegunaan (al-Tsamrah)

Adapun manfaat dan kegunaan Ilmu Mantik juga telah penulis singgung sebelumnya bahwa ilmu ini mengajarkan kita tentang kaidah-kaidah berfikir yang benar. Dengan mengetahui dan memahami kaidah berfikir yang benar, kita dapat bertindak dan mengucapkan perkataan yang benar.

Ilmu ini juga mengajarkan kita untuk berfikir secara sistematik dan mendalam. Dengan cara berfikir seperti ini, kita tidak akan mudah terjebak pada pemahaman-pemahaman radikal, hasutan, terprovokasi, menghakimi, merasa benar sendir dan bisa menjadi orang yang kritis.

Keutamaan (al-Fadhl)

Keutamaan mempelajari Ilmu Mantik sangatlah besar karena setiap persoalan yang dibahas dalam disiplin ilmu, terdiri dari tashawwur dan tashdiq. Apa pun ilmu yang dipelajari, pasti persoalan yang dibahas tidak keluar dari dua aspek ini.

Setiap ilmu pasti membutuhkan yang namanya ta’rif (definisi). Untuk membangun sebuah ta’rif yang tepat dan benar hanya bisa dilakukan dengan mempelajari dan memahami Ilmu Mantik.

Hubungan dengan Ilmu-Ilmu yang Lain (al-Nisbah)

Secara konseptual, tentu Ilmu Mantik berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain. Namun jika dilihat dari objek kajiannya, tentu memiliki ikatan yang erat.

Setiap disiplin ilmu, sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas, pasti terdiri dari kumpulan kosepsi dan proposisi. Sedangkan 2 hal itu merupakan objek utama dalam Ilmu Mantik.

Pencetus (al-Wadhi’)

Ilmu Mantik dicetus oleh Aristoteles, menurut mayoritas para ulama. Namun jika diteliti lebih dalam, kita akan menemukan bahwa sebetulnya Aristoteles bukan orang pertama yang mencetus Ilmu Mantik.

Ilmu Mantik sudah dikenal sejak zaman Socrates yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Plato. Bahkan sejarawan mengatakan bahwa ilmu ini juga sudah dikenal dalam peradaban Timur, seperti India dan Cina.

Aristoteles adalah orang yang pertama kali mensistematisasi dan mengkodifikasi, bukan menginovasi. Kemudian, setelah beberapa abad ilmu ini dikembangkan oleh para filsuf muslim, seperti al-Farabi, Ibnu Sina, al-Kindi, al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan para ulama lainnya.

Kitab dan buku mantik yang ada ditangan kita sekarang kebanyakan sudah diimprovisasi oleh sarjana muslim.

Nama (al-Ism)

Mengapa dinamakan dengan Ilmu Mantik? kata “Mantik” adalah bentuk masdar mimi dari kata kerja nathaqa-yanthiqu yang artinya berbicara. Dengan demikian, dari sudut kebahasaan, manthiq dapat diartikan dengan pembicaraan.

Adapun hubungan kata tersebut dengan ilmu ini, yang membahas tentang kaidah berfikir adalah ketika kita berfikir, sebetulnya akal kita sedang “berbicara” walaupun tidak mengeluarkan suara. Antara pembicaraan yang diucapkan memiliki ikatan yang sangat erat dengan makna yang dipikirkan.

Selain Mantik, dalam bahasa arab ilmu ini juga dinamai dengan Ilmu al-Mizan, Ilmu al-Ulum, Ilmu Qawanin al-Fikr, Ilmu al-Istinbath dan lain-lain.  

Sumber (al-Istimdad)

Sumber pengambilan Ilmu Mantik tentu bukan dari Al-Quran maupun Hadis. Namun sumber ilmu ini hanyalah akal. Meskipun tingkat kecerdasan akal manusia itu bertingkat-tingkat, tetapi ada beberapa hukum akal yang sudah disepakati bersama. Hukum yang disepakati itu lah yang dijadikan dasar-dasar utama dalam Ilmu Mantik.

Hukum Mempelajari (al-Hukm)

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum mempelajari Ilmu Mantik. Perbedaan ini terbagi kepada 3 kelompok, yaitu:

1. Mengharamkan. Di antaranya: Imam Nawawi dan Ibnu Shalah

2. Membolehkan. Di antaranya: Imam al-Ghazali, Imam al-Razi, Taqiy al-Din al-Subki dan lain-lain

3. Membolehkan dengan syarat orang yang mempelajarinya mampu menjaga keimanan

Perbedaan ini berpijak pada Ilmu Mantik yang masih terkontaminasi dengan gagasan para filsuf yang sudah menyimpang. Dapat dipahami bahwa Ilmu Mantik yang sudah bersih dari gagasan penyimpangan para filsuf, dibolehkan. Seperti kitab-kitab yang umumnya dijadikan kurikulum dalam dunia pendidikan pesantren.

Persoalan yang Dipelajari (al-Masa`il)

Persoalan yang akan dibahas dalam Ilmu Mantik adalah beberapa hal yang menyangkut dengan tashwwur dan tashdiq.

Kitab yang Membahas Ilmu Mantik

Setelah kita mengetahui tentang aspek dasar Ilmu Mantik. Lalu apa saja kitab-kitab yang lebih mudah untuk bisa dipelajari dalam mengkaji Ilmu Mantik. Sebagai santri hal ini tidak asing lagi karena hampir di setiap lembaga pesantren tentu telah ada kurikulum baku sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Namun, di sini penulis akan merekomendasikan kitab bagi pemula yang menurut penulis mudah untuk dipelajari dalam memahami ilmu Mantik. 

Sebagaimana jejak yang telah penulis jalani, untuk pemula dalam mempelajari Ilmu Mantik adalah kitab matan Sullam al-Munawraq beserta syarah dan hasyiahnya.

Wallahu A'lam bi al-Shawab....

Semoga bermanfaat...

 

Referensi:

Idhah al-Mubham

Ilmu Mantik karangan Muhammad Nuruddin

 

Posting Komentar