Memahami Mabadi Ilmu Mantik secara Lengkap
![]() |
Memahami Mabadi Ilmu Mantik secara Lengkap |
Sebelum memulai pembahasan dalam sebuah disiplin ilmu, seorang
pelajar harus mengenal terlebih dahulu sepuluh aspek dasar dari ilmu yang akan dipelajari,
dalam kitab klasik hal ini dikenal dengan istilah Mabadi al-Asyrah.
Sepuluh aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Definisi (al-Hadd)
2. Objek (al-Maudu’)
3. Manfaat dan Kegunaan
(al-Tsamrah)
4. Keutamaan (al-Fadhl)
5. Hubungan dengan
ilmu-ilmu yang lain (al-Nisbah)
6. Pencetus (al-Wadhi’)
7. Nama (al-Ism)
8. Sumber (al-Istimdad)
9. Hukum Mempelajari
(al-Hukm)
10.Persoalan yang Dipelajari
(al-Masa`il)
Sepuluh aspek dasar ini sangat penting untuk diketahui
sebagai pengantar dan pengenalan, agar terarah dan tidak salah tujuan. Hal ini
tentu tidak hanya berlaku bagi ilmu mantiq, tetapi juga bagi ilmu-ilmu yang
lain. Sebagaimana pada postingan sebelumnya yang membahas tentang Mabadi
al-Asyrah.
Definisi (al-Hadd)
Hal pertama yang harus diketahui dari ilmu yang akan
dipelajari adalah definisi. Karena dengan definisi, kita akan dapat mengenal
persoalan apa saja yang dipelajari, juga memberikan gambaran kepada kita sejauh
mana manfaat yang akan kita dapatkan.
Untuk mengetahui sebuah disiplin ilmu, dapat dikenal melalui
2 bentuk definisi: pertama, definisi yang menekankan objek kajian dan kedua, definisi
yang lebih menekankan kepada aspek kegunaan.
Adapun definisi Ilmu Mantik yang menekankan objek kajian
adalah:
العلم الذي يبحث عن المعلومات التصوريات والتصديقيات من حيث كونها توصل الى
مجهول التصوريين والتصديقيين
“Ilmu yang membahas tentang pengetahuan yang berupa gambaran
(tashawwur) dan pembenaran (tashdiq) yang sudah diketahui,
sebagai jalan yang dapat mengantarkan kita menuju pengetahuan tashawwur dan
tashdiq lain yang belum diketahui.”
Dari definisi yang dikemukakan di atas, kita dapat
mengenal bahwa objek yang dibahas dalam Ilmu Mantik adalah persoalan yang
menyangkut dengan tashawwur dan tashdiq, yang mana pengetahuannya
yang sudah diketahui, dapat mengantarkan kita menuju pengetahuan tashawwur dan
tashdiq lain yang belum diketahui.
Pembahasan tashawwur dan tashdiq akan
penulis bahas nantinya pada postingan khusus insyaallah.....
Adapun definisi Ilmu Mantik yang menekankan kepada aspek
kegunaan adalah:
آلة قنونية تعصم مراعتها الذهن عن الخطأ فى الفكر
“Alat
pengatur nalar yang dapat memelihara dari kesalahan berfikir.”
Singkatnya, ilmu mantik adalah ilmu yang membahas tentang
aturan dan kaidah-kaidah berfikir, yang jika kita indahkan dapat memelihara
kita dari kesesatan dalam berfikir.
Definisi ini merupakan definisi yang paling populer dan
paling mudah.
Objek (al-Maudhu’)
Persoalan ini, telah penulis singgung sebelumnya bahwa
yang menjadi objek kajian dalam Ilmu Mantik adalah semua pengetahuan yang berbentuk
tashawwur dan tashdiq (al-Ma’lumat al-Tashawwuriyat wa
al-Tashdiqiyyat) yang sudah diketahui sebagai jalan yang dapat mengantarkan
kita menuju pengetahuan tashawwur dan tashdiq lain yang belum
diketahui.
Manfaat dan Kegunaan (al-Tsamrah)
Adapun manfaat dan kegunaan Ilmu Mantik juga telah
penulis singgung sebelumnya bahwa ilmu ini mengajarkan kita tentang kaidah-kaidah
berfikir yang benar. Dengan mengetahui dan memahami kaidah berfikir yang benar,
kita dapat bertindak dan mengucapkan perkataan yang benar.
Ilmu ini juga mengajarkan kita untuk berfikir secara
sistematik dan mendalam. Dengan cara berfikir seperti ini, kita tidak akan
mudah terjebak pada pemahaman-pemahaman radikal, hasutan, terprovokasi,
menghakimi, merasa benar sendir dan bisa menjadi orang yang kritis.
Keutamaan (al-Fadhl)
Keutamaan mempelajari Ilmu Mantik sangatlah besar karena setiap
persoalan yang dibahas dalam disiplin ilmu, terdiri dari tashawwur dan tashdiq.
Apa pun ilmu yang dipelajari, pasti persoalan yang dibahas tidak keluar dari
dua aspek ini.
Setiap ilmu pasti membutuhkan yang namanya ta’rif
(definisi). Untuk membangun sebuah ta’rif yang tepat dan benar hanya
bisa dilakukan dengan mempelajari dan memahami Ilmu Mantik.
Hubungan dengan Ilmu-Ilmu yang Lain (al-Nisbah)
Secara konseptual, tentu Ilmu Mantik berbeda dengan ilmu-ilmu
yang lain. Namun jika dilihat dari objek kajiannya, tentu memiliki ikatan yang
erat.
Setiap disiplin ilmu, sebagaimana yang telah penulis
jelaskan di atas, pasti terdiri dari kumpulan kosepsi dan proposisi. Sedangkan 2
hal itu merupakan objek utama dalam Ilmu Mantik.
Pencetus (al-Wadhi’)
Ilmu Mantik dicetus oleh Aristoteles, menurut mayoritas
para ulama. Namun jika diteliti lebih dalam, kita akan menemukan bahwa
sebetulnya Aristoteles bukan orang pertama yang mencetus Ilmu Mantik.
Ilmu Mantik sudah dikenal sejak zaman Socrates yang
kemudian dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Plato. Bahkan sejarawan
mengatakan bahwa ilmu ini juga sudah dikenal dalam peradaban Timur, seperti
India dan Cina.
Aristoteles adalah orang yang pertama kali mensistematisasi
dan mengkodifikasi, bukan menginovasi. Kemudian, setelah beberapa abad ilmu ini
dikembangkan oleh para filsuf muslim, seperti al-Farabi, Ibnu Sina, al-Kindi, al-Ghazali,
Ibnu Rusyd dan para ulama lainnya.
Kitab dan buku mantik yang ada ditangan kita sekarang
kebanyakan sudah diimprovisasi oleh sarjana muslim.
Nama (al-Ism)
Mengapa dinamakan dengan Ilmu Mantik? kata “Mantik”
adalah bentuk masdar mimi dari kata kerja nathaqa-yanthiqu yang
artinya berbicara. Dengan demikian, dari sudut kebahasaan, manthiq dapat
diartikan dengan pembicaraan.
Adapun hubungan kata tersebut dengan ilmu ini, yang membahas
tentang kaidah berfikir adalah ketika kita berfikir, sebetulnya akal kita
sedang “berbicara” walaupun tidak mengeluarkan suara. Antara pembicaraan yang diucapkan
memiliki ikatan yang sangat erat dengan makna yang dipikirkan.
Selain Mantik, dalam bahasa arab ilmu ini juga dinamai
dengan Ilmu al-Mizan, Ilmu al-Ulum, Ilmu Qawanin al-Fikr, Ilmu al-Istinbath
dan lain-lain.
Sumber (al-Istimdad)
Sumber pengambilan Ilmu Mantik tentu bukan dari Al-Quran
maupun Hadis. Namun sumber ilmu ini hanyalah akal. Meskipun tingkat kecerdasan
akal manusia itu bertingkat-tingkat, tetapi ada beberapa hukum akal yang sudah
disepakati bersama. Hukum yang disepakati itu lah yang dijadikan dasar-dasar
utama dalam Ilmu Mantik.
Hukum Mempelajari (al-Hukm)
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum mempelajari Ilmu
Mantik. Perbedaan ini terbagi kepada 3 kelompok, yaitu:
1. Mengharamkan. Di
antaranya: Imam Nawawi dan Ibnu Shalah
2. Membolehkan. Di
antaranya: Imam al-Ghazali, Imam al-Razi, Taqiy al-Din al-Subki dan lain-lain
3. Membolehkan
dengan syarat orang yang mempelajarinya mampu menjaga keimanan
Perbedaan ini berpijak pada Ilmu Mantik yang masih terkontaminasi
dengan gagasan para filsuf yang sudah menyimpang. Dapat dipahami bahwa Ilmu
Mantik yang sudah bersih dari gagasan penyimpangan para filsuf, dibolehkan. Seperti
kitab-kitab yang umumnya dijadikan kurikulum dalam dunia pendidikan pesantren.
Persoalan yang Dipelajari (al-Masa`il)
Persoalan yang akan dibahas dalam Ilmu Mantik adalah
beberapa hal yang menyangkut dengan tashwwur dan tashdiq.
Kitab yang Membahas Ilmu Mantik
Setelah kita mengetahui tentang aspek dasar Ilmu Mantik. Lalu
apa saja kitab-kitab yang lebih mudah untuk bisa dipelajari dalam mengkaji Ilmu
Mantik. Sebagai santri hal ini tidak asing lagi karena hampir di setiap lembaga
pesantren tentu telah ada kurikulum baku sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Namun, di sini penulis akan merekomendasikan kitab bagi pemula yang menurut penulis mudah untuk dipelajari dalam memahami ilmu Mantik.
Sebagaimana
jejak yang telah penulis jalani, untuk pemula dalam mempelajari Ilmu Mantik adalah kitab matan Sullam
al-Munawraq beserta syarah dan hasyiahnya.
Semoga bermanfaat...
Referensi:
Idhah al-Mubham
Ilmu Mantik karangan Muhammad Nuruddin
Posting Komentar