Kisah Bisyar Al-Hafi, Sufi Yang Tidak Memakai Sandal

Daftar Isi

Kisah Bisyar Al-Hafi, Sufi Yang Tidak Memakai Sandal

Kebanyakan manusia tidak menyadari kesalahan mereka sendiri. Mencari dan mengumbar kesalahan orang lain sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Padahal kebiasaan itu bisa berakibat fatal dalam perjalanan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam dunia ini kita tidak dapat menilai seseorang sebelum menyaksikan akhir dari kehidupannya. Karena boleh jadi seseorang yang bergelimang dosa, Allah SWT memberikan hidayah kepadanya dan menganugrahkannya husnul khotimah.

Begitu juga sebaliknya, seseorang yang dikenal sebagai orang baik dan sholeh semasa hidupnya, Allah SWT mengujinya dengan perbuatan dosa sehingga wafat dalam keadaan su`ul khotimah. Na’udzubillah…

Di kota Baghdad terkenal seorang pemabuk yang bernama Bisyar al-Hafi. Pemuda berandal yang bergelimang harta, menghabiskan waktunya dengan foya-foya dan mabuk-mabukan di tempat hiburan malam.

Suatu malam sebelum terbit matahari, ia berjalan dalam keadaan mabuk. Tiba-tiba dengan matanya yang sayu-sayu, ia menemukan ada secarik kertas di jalan. Kertas itu langsung diambil dan melihat pada kertas tersebut bertuliskan: “Bismillahirrahmanirrahim”.

Setelah itu, Bisyar membawa secarik kertas yang baru saja ia temukan menuju toko minyak wangi untuk memercikkannya pada kertas tersebut. Kemudian ia menyimpannya dengan hati-hati di rumahnya.

Malam harinya seorang ulama yang sholeh bermimpi. Dalam mimpi itu ia diperintahkan oleh Allah untuk menemui Bisyar dan mengatakan kepadanya: 

“Engkau telah mengharumkan namaku, maka aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan namaku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan namaku, maka aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaranku, niscaya kuharumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat”.

“Bisyar adalah seorang pemuda berandal pemabuk”, ulama yang sholeh itu berpikir. “Mungkin aku telah bermimpi salah”.

Oleh karena itu ia pun segera berwudhu, shalat kemudian tidur kembali, namun tetap saja beliau mimpi yang sama. beliau ulangi perbuatan itu untuk ketiga kalinya, ternyata tetap mengalami mimpi yang sama.

Keesokan harinya pergilah ia mencari Bisyar. Dari seseorang yang ditanyainya, ia mendapat jawaban bahwa Bisyar sedang mengunjungi pesta minum anggur.

Singkat cerita, akhirnya beliau dapat menemui Bisyar dan menyampaikan pesan dari mimpinya kepada Bisyar. Setelah mendengar pesan yang diceritakan oleh ulama tersebut, akhirnya Bisyar bertaubat, menyesali perbuatannya dan meninggalkan kebiasaannya.

Sejak saat itu, Bisyar tidak pernah lagi memakai alas kaki karena disaat menemukan secarik kertas, beliau dalam keadaan tidak memakainya. Ini lah sebabnya ia dijuluki dengan al-Hafi (manusia bertelanjanag kaki).

Bisyar menjalani hidupnya dengan sangat sederhana dan menjadi penganut sufi bahkan beliau sampai pada tingkatnya seorang wali.

Kewalian Bisyar al-Hafi dapat dibuktikan dengan salah satu karamahnya yang terjadi setelah beliau meninggal. Selama Bisyar al-Hafi hidup, tidak ada seekor pun binatang yang membuang kotoran di sepanjang jalan karena menghormati beliau yang berjalan dengan tanpa menggunakan alas kaki.

Pada suatu hari di suatu tempat, seorang laki-laki melihat keledai yang dibawanya membuang kotoran di jalan. Menyaksikan kejadian itu, spontan ia berteriak menyeru bahwa Bisyar al-Hafi telah meninggal.

Mendengar teriakan laki-laki itu, orang-orang pun pergi untuk menyelidiki kevaliditas berita yang telah disampaikannya. Setelah menyelidiki, ternyata apa yang dikatakan oleh laki-laki itu benar adanya.

 

Wallahu A’lam bi al-Shawab…

Semoga bermanfaat…

 

Sumber: Tadzkiratul Auliya

Posting Komentar