Malam Lailatul Qadar: Keistimewaan, Waktu, dan Hikmahnya
![]() |
Malam Lailatul Qadar: Keistimewaan, Waktu, dan Hikmahnya |
Oleh: Tgk. Muhammad Khalidin, S.Ag (Aceh)
Salah satu
keistimewaan terbesar dalam bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar, malam
yang lebih baik dari seribu bulan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Malam
ini dipenuhi dengan rahmat dan keberkahan, dengan banyak malaikat yang turun
membawa kedamaian dan kesejahteraan dari awal hingga akhir malam.
Namun, kapan
tepatnya malam Lailatul Qadar terjadi?
Mayoritas ulama
Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa malam ini terjadi dalam sepuluh hari terakhir
Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil. Akan tetapi, tidak ada satu pun
manusia yang mengetahui kepastian waktunya secara spesifik.
Apakah Nabi
Muhammad ﷺ
Mengetahui Lailatul Qadar?
Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah: Apakah Nabi Muhammad ﷺ sendiri mengetahui kapan malam Lailatul Qadar?
Dalam hal ini,
terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian berpendapat bahwa
Rasulullah ﷺ mengetahui kapan
tepatnya malam tersebut, sementara sebagian lainnya mengatakan bahwa beliau
tidak mengetahuinya.
Syekh Sayyid
Abdullah bin Muhammad bin As-Shiddiq Al-Ghumari (wafat 1992 M), seorang ulama
hadits asal Maroko, dalam kitabnya Ghayatul Ihsan fi Fadhli Zakatil Fitri wa
Fadhli Ramadhan berpendapat bahwa Nabi ﷺ mengetahui waktu malam Lailatul Qadar.
Ada dua dalil
utama yang beliau gunakan untuk mendukung pandangan ini:
1. Indikasi dari Al-Qur'an
Pendapat ini
didasarkan pada tafsiran Sufyan bin Uyainah terhadap firman Allah dalam Surat
Al-Qadr:
كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الْقُرْآنِ وَمَا أَدْرَاكَ
فَقَدْ أَخْبَرَهُ بِهِ وَكُلُّ شَيْءٍ فِيهِ وَمَا يُدْرِيكَ فَلَمْ يُخْبِرْهُ
بِهِ
“Setiap ayat
dalam Al-Qur’an yang menggunakan redaksi وَمَا
أَدْرَاكَ (Tahukah kamu...),
berarti Allah telah memberitahukan kepada Nabi ﷺ. Sedangkan jika menggunakan redaksi وَمَا
يُدْرِيكَ (Apa yang bisa membuatmu
tahu...), berarti Allah tidak memberitahukannya kepada Nabi ﷺ.”
Dalam Surat
Al-Qadr, Allah menggunakan frasa وَمَا
أَدْرَاكَ, yang menunjukkan bahwa
Nabi ﷺ sebenarnya telah diberi
tahu tentang malam Lailatul Qadar.
2. Hadits
dari Abdullah bin Unais
Hadits lain
yang mendukung pandangan ini diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dalam Al-Mu’jam
Al-Kabir dengan sanad yang hasan dari sahabat Abdullah bin Unais. Ia bertanya
kepada Nabi ﷺ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي أَيُّ لَيْلَةٍ
تَبْتَغِي فِيهَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ؟ فَقَالَ:
لَوْلَا أَنْ تَتْرُكَ النَّاسُ الصَّلَاةَ إِلَّا تِلْكَ اللَّيْلَةَ
لَأَخْبَرْتُكَ
“Wahai
Rasulullah, kabarkan kepadaku kapan malam Lailatul Qadar itu?” Nabi ﷺ menjawab, “Jika saja manusia tidak akan meninggalkan shalat
malam kecuali di malam itu, maka aku akan memberitahumu.”
Hadits ini
menunjukkan bahwa Nabi ﷺ mengetahui waktu
Lailatul Qadar tetapi tidak diizinkan untuk mengungkapkannya.
Mengapa Lailatul Qadar Dirahasiakan?
Berdasarkan
penjelasan Sayyid Abdullah Al-Ghumari, hikmah dari dirahasiakannya malam
Lailatul Qadar adalah agar umat Islam tidak bergantung hanya pada satu malam
untuk beribadah. Jika malam tersebut diumumkan secara pasti, bisa jadi sebagian
orang hanya akan beribadah di malam itu saja dan mengabaikan ibadah di
hari-hari lainnya.
فَفِي هَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ أَعْلَمَهَا
بَعْدَ أَنْ نَسِيَهَا وَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فِي تَعْيِينِهَا لِئَلَّا يَتَّكِلَ
النَّاسُ وَيَتْرُكُوا الْعِبَادَةَ طُوَالَ السَّنَةِ
“Ini merupakan
dalil bahwa Nabi ﷺ mengetahui kapan
Lailatul Qadar setelah sempat melupakannya, tetapi tidak diizinkan untuk
menyebutkan waktu pastinya agar manusia tidak lalai dan hanya bergantung pada
satu malam itu saja.” (Abdullah bin Muhammad bin As-Shiddiq Al-Ghumari,
Ghayatul Ihsan fi Fadhli Zakatil Fitri wa Fadhli Ramadhan, hal. 53).
Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar
Pendapat ini
juga diperkuat oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015 M) dalam kitabnya
At-Tafsirul Munir, di mana beliau menjelaskan bahwa kerahasiaan malam Lailatul
Qadar memiliki hikmah besar, seperti:
1. Agar
manusia terus beribadah dengan giat sepanjang bulan Ramadhan, bukan hanya pada
satu malam tertentu.
2. Sebagai
bentuk kasih sayang Allah, karena jika seseorang melakukan kemaksiatan di malam
tersebut tanpa sadar, maka ia tidak berdosa secara sengaja.
3. Allah
ingin melihat kesungguhan hamba-Nya dalam mencari Lailatul Qadar. Jika manusia
tetap berusaha dalam ketidakpastian, Allah akan membanggakan mereka di hadapan
para malaikat.
Sebagaimana
beliau menuliskan:
“Ketidaktahuan
seorang muslim atas kapan waktu tepatnya Lailatul Qadar merupakan bentuk rahmat
baginya agar kemaksiatan yang dilakukan di malam tersebut tidak disengaja. Jika
seorang hamba bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qadar, Allah akan
membanggakannya di hadapan malaikat, Ini adalah kesungguhan mereka dalam
perkara yang masih dalam perkiraan, bagaimana seandainya Aku menjadikan
Lailatul Qadar itu diketahui oleh manusia?” (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili,
At-Tafsirul Munir, juz 30, hal. 338).
Kesimpulan
Berdasarkan
berbagai pendapat ulama, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ mengetahui kapan malam Lailatul Qadar terjadi, tetapi tidak
diizinkan untuk mengungkapkannya demi menjaga semangat ibadah umatnya sepanjang
bulan Ramadhan.
Kerahasiaan
malam Lailatul Qadar merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar
mereka tetap beribadah dengan penuh keikhlasan dan tidak hanya bergantung pada
satu malam saja.
Maka, sebagai
umat Islam, kita sebaiknya memperbanyak ibadah, dzikir, doa, dan amalan baik di
seluruh malam bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh malam terakhir agar tidak
kehilangan kesempatan mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar.
Semoga kita
termasuk orang-orang yang beruntung mendapat malam penuh keberkahan ini.
Aamiin.
Wallahu A’lam
bi al-Shawab…
Semoga
bermanfaat…
*Penulis adalah Mahasantri Pascasarjana Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga, dan juga Founder kepoinhikmah.com
Posting Komentar